Selasa, 13 Desember 2016

Kutipan Ceramah Master Chin Kung 13 November 2016 (Bgn 1)



Kini hubungan antar manusia kian hambar dan tipis, apa yang kami lihat dan kami dengar, bahkan di televisi juga sering diberitakan, jalinan suami istri bagaikan permainan anak-anak, menikah belum sampai dua bulan sudah bercerai, bukankah ini permainan anak-anak? Budi dan cinta kini tiada lagi, manusia sudah sampai begitu dungunya hingga tidak punya akal sehat lagi, sungguh memprihatinkan.

Sebelumnya kita telah membahas, “Para pendahulu, mereka tidak bertemu Buddha Dharma, tidak mengerti kebenaran alam semesta dan kehidupan manusia, maka itu melakukan banyak karma buruk. Mereka tidak mengenal Buddha Dharma, tidak mengerti belajar Ajaran Buddha, juga tidak ada kalyanamitra yang membimbing mereka, di dalam kondisi demikian tidak dapat menyalahkan mereka”.

Ucapan ini hendaknya diingat di dalam hati, barulah hari-hari di dunia ini lebih gampang dilewati, yang namanya cobaan itu setiap hari pasti ada, lantas bagaimana kita menghadapinya? Yakni dengan mengulangi kalimat di atas, barulah batin kembali jadi seimbang, oleh karena orang yang menyakiti kita itu, tidak ada yang mendidiknya.

Tiongkok memiliki sejarah berusia lima ribu tahun, memiliki kebudayaan yang indah, dari mana datangnya? Yakni dari pendidikan kesusilaan warisan leluhur yang diturunkan dari satu generasi ke generasi selanjutnya, sejak beribu-ribu tahun yang silam.

Pendidikan bukan saja mencakup ilmu pengetahuan di sekolah, tetapi juga mencakup pendidikan kesusilaan, mengapa demikian? Masyarakat tempo dulu, sejak kecil telah dididik dengan disiplin, baik dalam berpikir, berkata dan bertindak.

Jadi meskipun tidak pernah bersekolah juga tidak masalah, lihatlah ayahbunda anda di rumah, kakek dan nenek, paman, satu keluarga, dalam kehidupan keseharian lihatlah bagaimana mereka menerapkan etika moral, mengamalkan teori budi pekerti yang dipelajarinya.

Usiaku ini masih sempat mencicipi sedikit pendidikan budi pekerti, saat itu merupakan 16 tahun sejak berdirinya pemerintahan Tiongkok Nasionalis, yang berarti pendidikan dan budaya warisan leluhur sudah diabaikan selama 16 tahun lamanya, meskipun demikian pengaruh budi pekerti masih berkembang di dalam masyarakat.

Masih tampak ayah penyayang dan anak berbakti, abang menyayangi adik dan adik menghormati abang, suami istri hidup harmonis, keluarga indah sempurna, keluarga harmonis pasti berjaya.

Ini bukan dipelajari di sekolah, namun dalam kehidupan keseharian bisa kelihatan, bagaimana masyarakat memberikan contoh teladan yang baik. Namun pemandangan ini lambat laun jadi sirna, ketika meletusnya perang melawan penjajahan Jepang, budaya ini masih berkembang, namun ketika memenangkan perang, pemandangan tersebut tidak tampak lagi, hubungan antar manusia tidak harmonis lagi.

Usia sepertiku ini masih memahami bahwa hubungan guru dan murid adalah serupa dengan hubungan ayah dan anak, sekarang mana ada lagi hal begini, sungguh sulit ditemukan, ini merupakan kemerosotan moral.

Kehidupan masyarakat yang bajik, kini sudah tidak tampak lagi, gaya hidup sudah menjurus pada budaya barat, belajar pada orang barat, sudah terbalik dengan pendidikan dan budaya warisan leluhur Tiongkok, hari-hari begini bagaimana bisa dilewati?

Kalau tidak sudi belajar, bagaimana anda bisa memahami pendidikan dan budaya warisan leluhur, melihat gaya hidup sekarang yang kebarat-baratan, sudah meniru secara keseluruhan.

Budi dan hubungan antar manusia, pepatah jaman dulu berkata, budi dan hubungan antar manusia lebih tipis dari sehelai kertas, apalagi waktu sekarang ini, lebih tipis lagi.

Kini bagaimana bentuk hubungan antar manusia? Yakni yang dibangun berdasarkan saling menguntungkan atau saling merugikan, jadi kalau bukan atas dasar keuntungan sehingga menjalin hubungan pertemanan, maka atas dasar merugikan sehingga mengikat jalinan permusuhan.

Kutipan Ceramah Master Chin Kung 13 November 2016

現在人與人的關係非常淡薄,我們看到、聽到,電視裡頭也常常有報導,夫妻真的是兒戲,結婚不到兩個月離婚了,這不是兒戲嗎?那種恩情義都沒有,人真叫糊塗到所以然處,非常可悲。

父子,前面我們讀過,「先人無知,不識道德,無有語者,殊無怪也」,這四句話要熟記在心頭。這個世間的日子不好過,挫折天天有,要怎麼看待?這四句話念一遍,心平氣和,沒人教。中國有五千年的歷史,有世界上最優秀的文化,從哪來的?從幾千年來世世代代都受過教育,教育不僅僅只包括讀書,不讀書他也受到良好的教育,為什麼?古老的社會,每個人從小思想言行都受過最好的薰陶,沒有念過書不要緊,你看看你家裡的父母、祖父母、叔叔伯伯這一家人,日常生活當中你就學到了,他們都把經書裡面的教訓落實在生活,做到了。

我這個年齡沾一點邊,那個時候民國建國十六年,也就是說我們把傳統的教育丟掉十六年了,可是社會風氣還在,我們在那種環境、風氣薰陶之下出生成長,看到了,看到父慈子孝,看到兄友弟恭,看到夫婦和合,家庭美滿,這家和萬事興。這不是在學校教的,這日常生活當中看到的,每個人都是榜樣。這種風氣到什麼時候沒有了?抗戰時期還有,勝利之後沒了,再也看不到了,人與人那種情義沒有了。我這一代還懂得師徒如父子,我對於老師、對於老師的夫人,心目當中跟父母沒有兩樣,老師的兒女跟我們親兄弟沒有兩樣,現在找不到了,現在這個社會普遍看不到了,極少數也不容易遇到,很難得,這叫世風日下。善良的風俗習慣在這個時代斷絕了,現在這個世界社會颳的是西洋風,向西方人學習,跟中國傳統文化完全相反,這個日子怎麼過?不讀書,你對於中國傳統文化毫無所知,看到現代的風氣跟西方沒兩樣,完全學過來了。人情,過去有一句話說人情如紙張張薄,還有,現在張張沒了,一張也找不到了。現在人與人之間什麼關係?利害的關係,就兩個字。不是利的結合,就是害的結合。

文摘恭錄 淨土大經科註(第四回)  (第四O一集)  2016/11/13




 
 
Praktisi Ajaran Buddha yang serius membaca sutra, membaca buku-buku ajaran insan suci dan bijak, dapat menemukan bahwa apa yang tercantum di dalam buku, dalam kehidupan nyata tidak dapat ditemukan dalam interaksi antar manusia.

Meskipun demikian, kita tetap giat berusaha belajar pendidikan budi pekerti, memahami Hukum Sebab Akibat, walaupun keadaan masyarakat kini sudah rusak, namun kita tetap serius mempelajari etika moral tersebut, menyebarluaskannya, takkan menderita kerugian juga takkan tertipu.

Kita yakin pada Hukum Karma, menderita kerugian dan tertipu adalah bentuk pelunasan hutang, pada masa kehidupan lampau, saya juga memperlakukannya begini, saya memetik keuntungan darinya sehingga dia menderita kerugian, pada masa kelahiran sekarang, dia balas memetik keuntungan dariku sehingga diriku harus menderita kerugian, satu hutang dibayar satu pelunasan, persoalan jadi tuntas sudah, jadi janganlah malah menyalahkannya.

Pendidikan etika moral, paling tidak sudah terabaikan selama lima generasi, 20 tahun adalah satu generasi, 5 generasi adalah 100 tahun, tidak ada yang mendidik.

Usia sepertiku ini, meskipun tidak ada yang mendidik, tapi di dalam masyarakat masih tampak contoh teladan yang baik, saat usiaku masih kecil dapat melihatnya, maka itu sejak kecil giat berusaha meniru teladan yang baik, sampai sekarang juga tidak pernah mengabaikannya, orang begini barulah punya pahala. Dari mana datangnya pahala?

Kalau dibandingkan dengan orang tempo dulu, tentunya pembinaan diri masih jauh dan tak sebanding, tetapi kalau dibandingkan dengan orang masa kini, maka tentunya lebih bagus, masih punya hati nurani, niat pikiran yang baik lebih banyak dari pada niat pikiran buruk; dalam bertutur kata, ucapan baik lebih banyak daripada ucapan buruk; tubuh jasmani, lebih banyak melakukan perbuatan baik, begini sudah bagus. 

Kalau menghendaki pembinaan diri sampai tahap sempurna, maka ini merupakan pembina senior, orang yang memiliki ketrampilan melatih diri, sedangkan orang yang tidak punya ketrampilan melatih diri tidak sanggup mewujudkannya.

Melatih diri adalah meluruskan baik pikiran, ucapan dan tindakan yang menyimpang, yang tidak baik. Manusia hidup di dunia ini, harus memiliki tujuan, harus mempunyai arah, barulah dalam menjalani hidup ini akan terasa bahagia, sebaliknya bila tidak mempunyai tujuan, tidak punya arah, terombang-ambing dalam lautan luas yang tanpa tujuan, tidak punya ketetapan hati, curiga dan kekhawatiran yang berlebihan, tidak punya rasa aman.

Dunia ini bagaikan lautan yang luas, kebiasaan masyarakat merupakan ombak, apakah anda mempunyai tempat untuk menginjakkan kaki? Apakah anda takkan terombang-ambing? Tidak bisa. 

Sebagai orang Tionghoa, masih begitu beruntung bisa bersua dengan ajaran insan suci dan bijak jaman dulu, yang isinya memberitahukan pada kita tujuan hidup manusia, makna kehidupan manusia, anda belajarlah baik-baik.

Mengapa kita perlu mempelajarinya? Apabila anda mempunyai kesempatan untuk mempelajarinya, yakni menerima ajaran insan suci dan bijak jaman dulu, maka jalan yang anda telusuri merupakan jalan yang ditempuh oleh insan suci dan bijak, tujuan anda adalah menjadi insan suci dan bijak. 

Menjadi insan suci dan bijak tidak ada kaitannya dengan kedudukan atau pangkat, juga tidak ada hubungannya dengan harta kekayaan, pada masa kehidupan ini anda bisa memperoleh kebahagiaan, ini adalah seperti yang dikatakan oleh orang tempo dulu sebagai pembinaan diri.

Membina diri itu termasuk mensucikan mulut, pikiran dan tubuh jasmani, takkan membiarkannya melakukan kejahatan, betapa bahagianya dirimu. Seperti di dalam “Lunyu (Analects)”, Konfusius menyebutkan bahwa “Dapat menerapkan teori yang dipelajari ke dalam kehidupan keseharian”.

Dengan pikiran yang baik barulah ucapan jadi baik, barulah perbuatan jadi baik, inilah yang disebut sebagai orang baik. Menjadi orang baik, seperti yang diucapkan Konfusius sebagai “betapa bahagianya”.  

Benar-benar dapat menjadi orang baik, orang baik berbahagia, takkan mempunyai kekhawatiran, tidak memiliki kekotoran batin, tidak mempunyai kebencian, orang baik juga takkan iri hati, dia senantiasa berbahagia!   

Meskipun menderita kerugian tetapi dia tetap berbahagia, dia tidak mempunyai kedudukan dan harta kekayaan, walaupun menderita kerugian dalam menjalani kehidupan, namun dia tetap berbahagia.

Kutipan Ceramah Master Chin Kung 13 November 2016

學佛的人真正讀經,讀聖賢書,可以在書裡面找到,日常生活處事待人接物裡頭找不到。但是學會了倫理道德,明瞭因果教育,雖然世風敗壞了,我們還認真努力去學習,把倫理道德做出來,不吃虧,不會上當。我們相信因果,吃虧上當那是還債,過去生中我跟他往來,我佔便宜他吃虧,今生遇到了,他佔便宜我吃虧,一報還一報就了了,決定不能怪他。教育,至少我們丟掉五代了,二十年是一代,五代是一百年,沒人教。我這個年齡,雖沒有人教還看到,小時候看到。如果從小看到了就很認真的學習,一直到現在還沒有丟掉,這個人有福報,福報從哪來的?比古人比不上,比現在人好,還有點良心,善的念頭比不善的念頭多;說話,說好話比說壞話的人也多;身體,幹好事比幹壞事的也多,這就好。做到純淨純善,那是修行人,那是有功夫的人,沒有功夫的人做不到。

修行一定要記住這兩個字真正的意義,修是修正、是修理,行是錯誤的行為、不好的行為,不好的思想是意業的行為,不善;言語,口業的行為;動作是身業的行為,身語意三業行為不正,行為錯誤了把它修正過來叫修行。人生在世要有個目標,要有個方向,他這一生會很快樂,如果沒有目標、沒有方向,盲目在大海裡頭漂泊,心不踏實,疑慮很多,沒有安全感。這人世間是個大海,風氣是波浪,你能有立足之處嗎?你能不漂泊嗎?做不到。做中國人,現在講還得很幸運能遇到古聖先賢的教誨,這裡頭告訴我們人生的方向、人生的目標、人生的意義,你好好去學、好好去讀。為什麼要去學?為什麼要去讀?你有這些機會時間去讀誦、去學習,這就是接受古聖先賢的教育,你走的道路是聖賢的道路,你的目標是成聖成賢。

成聖成賢與地位不相干,與財富不相干,你這一生確實能得到幸福快樂,這就是古人所說的修身。這個身包括口,包括意,就是身口意三業沒有過失,你多快樂,你多幸福。確實,夫子的一句話,第一句話,《論語》,「學而時習之」,從古聖先賢那裡學來,習是怎麼樣?落實了,落實在我心裡,就是純正的思想,善念,在念頭上。存好心你才會說好話,你才會行好事,這就做好人。做好人,夫子說的,「不亦說乎」。真正做好人,好人快樂,好人沒有憂慮,好人沒有煩惱,好人沒有怨恨,好人沒有嫉妒,他快樂!縱然是乞丐他也會非常快樂,他沒有地位,他沒有財富,乞丐過生活快樂,有真快樂的。

文摘恭錄 淨土大經科註(第四回)  (第四O一集)  2016/11/13

 


 

Ketika kami berada di Taichung mengikuti Guru Li belajar Ajaran Buddha, guru pernah menceritakan sebuah kisah, saya lupa nama orangnya, pengemis ini hidup pada awal masa pemerintahan Tiongkok Nasionalis.

Putra dari pengemis ini adalah seorang pedagang dan juga seorang hartawan, sehingga banyak orang yang mengkritiknya, anda sebagai anak kenapa tidak berbakti, tega membiarkan ayahmu mengemis di luar sana, anda mempunyai banyak harta benda tapi malah tidak tahu mengurus ayah sendiri, dasar anak durhaka.

Kemudian putra pengemis ini mengutus orang untuk mencari dan membawa pulang ayahnya, lalu menjaganya dengan baik, bahkan juga menggaji pelayan khusus menjaga dan meladeni keperluan sang ayah.

Si ayah yang sudah tinggal sebulan di dalam rumah, sudah tidak betah lagi, ketika pengawasan agak longgar, dia segera melarikan diri keluar lalu mengemis lagi. Mengapa bisa demikian? Bahagia! Setiap hari dia begitu bebas, berkelana dan menikmati panorama alam, di dalam hatinya tiada kekhawatiran sama sekali.

Guru Li menceritakan kisah ini kepada kami, kami dapat merasakannya, maka itu manusia hidup di dunia ini, apa yang dia butuhkan? Mesti bahagia. Orang miskin mempunyai kebahagiaan sebagai orang miskin, orang kaya juga mempunyai kebahagiaan sebagai orang kaya, manusia bila tidak punya banyak keinginan maka kepribadiannya jadi mulia, terhadap dunia ini takkan mendambakan, melewati hari demi hari dengan apa adanya, bebas dan leluasa, ini bukan bisa dibeli dengan uang. Lantas apa?

Kesucian hati, kepribadian insan suci dan bijak, semuanya ini dimilikinya, sikap Konfusius yang lembut, bajik, hormat, bersahaja dan mengalah, pengemis tadi telah berhasil mengamalkannya.

Apa yang dimaksud dengan mengalah? Yakni sepanjang hidup di dalam hatinya takkan ada perasaan dendam dan permusuhan, tidak ada musuh kerabat penagih hutang, semuanya sirna sudah, maka itu bagaimana dia tidak merasa bahagia?

Di dalam keluarganya, dia sanggup menggugah dan mempengaruhi seluruh anggota keluarga, di dalam keluarga ada insan suci dan bijak, merupakan teladan yang baik, tidak lama kemudian, setiap anggota keluarga juga akan menirunya, melepaskan dosa, lobha dan moha, menerapkan kemuliaan, kebenaran, kesusilaan, kebijaksanan dan dapat dipercaya, kalau sudah menerapkan “Lima Kebajikan” ajaran Konfusius ini, bagaimana mungkin dia tidak merasa bahagia!      

Kutipan Ceramah Master Chin Kung 13 November 2016

早年我們在台中學佛,跟李老師,老師說了個故事,我忘掉了,姓名忘掉了,有名有姓,而且就是民國初年的人,是個要飯的乞丐。兒子經商,做生意發財了,有很多人說他,你這個兒女,你爸爸在外面討飯,你有這麼多的財富不知道供養爸爸,說他不孝。他派了好多人到處去找,把爸爸找回來了,找回來在家裡供養他吃住,還有人伺候。他爸爸在家裡住了一個月,當人家沒有防備的時候,他又溜了,又跑去要飯了。什麼原因?快樂!每天遊山玩水,心裡頭一點牽掛沒有,快樂。

李老師當時把這樁事情講給我們聽,我能夠感受到,所以人活在世間要什麼?要快樂、要幸福。貧賤有貧賤的快樂,富貴有富貴的快樂,人到無求品自高,對這個世間沒有希求,隨緣度日,逍遙自在,那不是有錢買得來的。這是什麼?清淨心,聖賢的品德他統統具足,夫子的溫良恭儉讓,乞丐做到了,溫和、善良、恭敬、節儉、忍讓,什麼都能讓,一生心裡頭沒有怨恨,沒有冤親債主,全都化掉了,他怎麼不快樂?他在家庭裡面感化一家,家庭有個聖賢人,好模樣,日久天長,個個人都學會了,貪瞋痴放下了,仁義禮智信落實了,他怎麼會不快樂!

文摘恭錄 淨土大經科註(第四回)  (第四O一集)  2016/11/13